Sabtu, 29 November 2008

Ironi!, Wayang Ditinggalkan Penonton



[JAKARTA] Ironi. Mungkin kata itu yang paling tepat jika bicara soal pudarnya pesona wayang di mata masyarakat. Soalnya, bukan hanya adanya penghargaan Unesco, badan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang salah satu kegiatannya berkaitan dengan kebudayaan.

Melihat keadaan tersebut, apalah artinya Direktur Jenderal Unesco, Koichiro Matsuura pada 21 April 2004 di Paris menyerahkan sebuah piagam penting kepada Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi), Solichin. Piagam yang ditandatangani Koichiro Matsuura pada 7 November itu menyatakan bahwa wayang Indonesia dianggap sebagai Karya Agung Budaya Dunia.

Saat itu, tepuk tangan meriah di Paris yang dalam hitungan detik beritanya melesat ke Indonesia disambut berbagai komentar penuh rasa bangga. Setelah itu, jangan banyak berharap soal meningkatnya minat masyarakat terhadap wayang.
"Kita memang dikepung banyak suguhan hiburan dari luar. Coba saja perhatikan tayangan di televisi. Tapi, tentu saja kita tidak perlu menyerah. Wayang bukan hanya bisa bertahan, tapi akan terus berkembang. Bukan hanya di Indonesia melainkan juga di dunia," kata Solichin dengan suara pelan di Jakarta, Senin (24/11).

Suara Solichin yang pelan mungkin bisa menjelaskan pelannya laju kerja Sena Wangi. Tapi sekali lagi, menurut Solichin yang sudah lebih dari 25 tahun bergelut di dunia wayang, kebudayaan yang pernah sangat populer di Nusantara dan kemudian di Indonesia itu akan terus berkembang.

"Jangan banyak mengeluh. Kami sudah bekerja dan menyiapkan banyak program untuk pengembangan wayang. Bahwa pemerintah terkesan kurang perhatian sebagaimana sering dikeluhkan banyak orang, biar saja. Dana pemerintah mungkin memang terbatas. Biar saja. Masih ada kok yang terus membantu kami dengan tulus. Salah satu misi kami sejak lama ialah mengembangkan seni pewayangan sesuai tantangan zaman dan meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap wayang, " tambahnya.
Pria sepuh itu kemudian menyodorkan sejumlah bukti dan program kerja Sena Wangi dan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI). Sebagai tambahan, sebelum menjadi Ketua Umum Sena Wangi, Solichin pernah menjadi Ketua Umum PEPADI pada 1999-2003. "Sena Wangi itu adalah lembaga yang merumuskan strategi pengembangan wayang. PEPADI yang melaksanakannya melalui 23 komisariat di 23 daerah tingkat I," tambah Ekocipto, Ketua Umum PEPADI.

Wayang Masuk Mal
Lalu apa buktinya bahwa wayang tetap digemari masyarakat? Tentu saja belum ada penelitian ilmiah atau jajak pendapat untuk meneliti isu tersebut. Tapi, program pentas dalang cilik belum lama ini digelar telah mampu menyedot banyak penonton. Belum lagi program Wayang Masuk Mal.

Pilihan program yang tepat jika dikaitkan dengan fakta betapa pusat-pusat perbelanjaan saat ini menjadi tempat favorit masyarakat. Program-program itu pula yang mendorong UNESCO membantu Sena Wangi dan PEPADI menyelamatkan wayang Banjar dan Palembang dari kepunahan.

Tupuk Sutrisno, Sekretaris Jenderal Sena Wangi punya cerita lain. Mantan Dubes Indonesia di Kenya itu mengungkapkan, berkat usaha yang dipimpin Solichin telah lahir ASEAN Puppetry Association (APA) atau Asosiasi Wayang ASEAN.
"Wayang ternyata ada juga di hampir semua anggota ASEAN kecuali Brunei Darussalam. Melalui APA kita kembangkan terus hubungan di antara para anggota ASEAN. [A-14]
kutip, http://202.169. 46.231/News/ 2008/11/25/Hiburan/ hib01.htm

Tidak ada komentar: